Woensdag 15 Mei 2013

Candidiasis


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan karuniaNya kita berada dalam keadaan sehat dan mendapat kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini berisikan tentang definisi kandidiasis, deskripsi mikroorganisme penyebab penyakit dan gambar mikro, gejala penyakit, cara penularan, pemeriksaan, peran bidan dalam pencegahan penyakit, dan komplikasi.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca tentang penyakit kandidiasis, agar nantinya dapat memanfaatkan wawasan yang telah dimiliki dan dapat terhindar dari penyakit kandidiasis.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Kami akan sangat berterima kasih dan menerima dengan senang hati masukan-masukan dan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua, khususnya para pembaca. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Yogyakarta, 16 Desember 2011
                                                            Penulis,


DAFTAR ISI
halaman judul ...........................................................................................  1
KATA PENGANTAR ........................................................................................  2
DAFTAR ISI ........................................................................................................  3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1       LATAR BELAKANG............................................................................... 4
1.2       RUMUSAN MASALAH.......................................................................... 5
1.3       TUJUAN PENULISAN............................................................................ 5
1.4       METODE PENULISAN........................................................................... 5
BAB II URAIAN
2.1       DEFENISI CANDIDIASIS...................................................................... 6
2.2       DEFENISI MIKROORGANISME PENYEBAB PENYAKIT
            ................................................................................................................... 7
2.3 ..... MIKROORGANISME PENYEBAB PENYAKIT CANDIDIDASI DAN CARA PENULARANNYA................................................................................ 9
2.4       CARA PENULARAN............................................................................ 9
2.5...... KOMPLIKASI PADA ENYAKIT KANDIDIASIS..............................
2.6      PERAN BIDAN........................................................................................ 10
BAB III PENUTUP
3.1     KESIMPULAN.......................................................................................... 11
3.2     KESAN....................................................................................................... 12
3.3     PESAN........................................................................................................ 13

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFENISI CANDIDIASIS
Penyakit Candidiasis merupakan  penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur kandida /candida albicans. Pada awalnya diklasifikasikan sporotrichium oleh Ghubby, suatu organisme yang Ditempatkan pada genus Oidium (O. albicans) oleh Robin 1874. Kemudian, hal ini Membingungkan dengan monela kandida, suatu jamur yang diisolasi dari ruang vegetasi. Dilaporkan bahwa kata moniliasis biasa digunakan sebagai sinonim untuk candidiasis dalam beberapa literature. Istilah candidiasis  digunakan di USA, meskipun istilah candidiasis lebih sering digunakan di Kanada, Inggris, Prancis, dan Italy.
Pada tahun 1853, pertama kali robin menggambarkan kandidiasis sistemik. Sebaliknya kandidiasis kutaneus dan kandidiasis mokokutaneus kronik dideskripsikan pada tahun 1907 dan 1909.
Pada tahun 1877, Grawitz manggambarkan organisme dimorfik alami. Genus candida dilaporkan pada tahun 1923 dan sesudah itu Martin mengklasifikasikan beberapa spesies jamur kedalam genus. Diarea antibiotic pada tahun 1904-an, candidiasis pertama kali dilaporkan sebagai infeksi opportunistik.
 Penyakit Candidiasis merupakan  penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur kandida /candida albicans. Candida albicans merupakan jamur mirip ragi dan selalu ada dalam tubuh kita, dalam jumlah sedikit. Dalam keadaan normal jamur ini hidup di rongga mulut, vagina dan usus. Tanpa menimbulkan gangguan atau penyakit.




2.2 DEFENISI MIKROORGANISME PENYEBAB PENYAKIT
CANDIDA ALBICANS           
       Candida albicans                                           Candida albicans
Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu. Perbedaan bentuk ini tergantung pada faktor eksternal yang mempengaruhinya. Sel ragi (blastospora) berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5 µ x 3-6 µ hingga 2-5,5 µ x 5-28 µ.
Candida albicans memperbanyak diri dengan membentuk tunas yang akan terus memanjang membentuk hifa semu. Hifa semu terbentuk dengan banyak kelompok blastospora berbentuk bulat atau lonjong di sekitar septum. Pada beberapa strain, blastospora berukuran besar, berbentuk bulat atau seperti botol, dalam jumlah sedikit. Sel ini dapat berkembang menjadi klamidospora yang berdinding tebal dan bergaris tengah sekitar 8-12 µ. Morfologi koloni C. albicans pada medium padat agar Sabouraud Dekstrosa, umumnya berbentuk bulat dengan permukaan sedikit cembung, halus, licin dan kadang-kadang sedikit berlipat-lipat terutama pada koloni yang telah tua. Umur biakan mempengaruhi besar kecil koloni. Warna koloni putih kekuningan dan berbau asam seperti aroma tape. Dalam medium cair seperti glucose yeast, extract pepton, Candida albicans tumbuh di dasar tabung.



Pada medium tertentu, di antaranya agar tepung jagung (corn-meal agar),agar tajin (rice-cream agar) atau agar dengan 0,1% glukosa terbentuk klamidospora terminal berdinding tebal dalam waktu 24-36 jam. Pada medium agar eosin metilen biru dengan suasana CO2 tinggi, dalam waktu 24-48 jam terbentuk pertumbuhan khas menyerupai kaki laba-laba atau pohon cemara. Pada medium yang mengandung faktor protein, misalnya putih telur, serum atau plasma darah dalam waktu 1-2 jam pada suhu 37° C terjadi pembentukan kecambah dari blastospora.

Candida albicans dapat tumbuh pada variasi pH yang luas, tetapi pertumbuhannya akan lebih baik pada pH antara 4,5-6,5. Candida albicans membutuhkan senyawa organik sebagai sumber karbon dan sumber energi untuk pertumbuhan dan proses metabolismenya. Unsur karbon ini dapat diperoleh dari kabrbohidrat

Jamur ini merupakan organisme anaerob fakultatif yang mampu melakukan metabolisme sel, baik dalam suasana anaerob maupun aerob. Proses peragian (fermentasi) pada Candida albicans dilakukan dalam suasana aerob dan anaerob. Karbohidrat yang tersedia dalam larutan dapat dimanfaatkan untuk melakukan metabolisme sel dengan cara mengubah karbohidrat menjadi CO2 dan H2O dalam suasana aerob. Sedangkan dalam suasana anaerob hasil fermentasi berupa asam laktat atau etanol dan CO2. Proses akhir fermentasi anaerob menghasilkan persediaan bahan bakar yang diperlukan untuk proses oksidasi dan pernafasan. Pada proses asimilasi, karbohidrat dipakai oleh Candida albicans sebagai sumber karbon maupun sumber energi untuk melakukan pertumbuhan sel.

Candida albicans dapat dibedakan dari spesies lain berdasarkan kemampuannya melakukan proses fermentasi dan asimilasi. Pada kedua proses ini dibutuhkan karbohidrat sebagai sumber karbon. Pada proses fermentasi, jamur ini menunjukkan hasil terbentuknya gas dan asam pada glukosa dan maltosa, terbentuknya asam pada sukrosa dan tidak terbentuknya asam dan gas pada laktosa. Pada proses asimilasi menunjukkan adanya pertumbuhan pada glukosa, maltosa dan sukrosa namun tidak menunjukkan pertumbuhan pada laktosa.

1.      Struktur Fisik
Dinding sel Candida albicans berfungsi sebagai pelindung dan juga sebagai target dari beberapa antimikotik. Dinding sel berperan pula dalam proses penempelan dan kolonisasi serta bersifat antigenik. Fungsi utama dinding sel tersebut adalah memberi bentuk pada sel dan melindungi sel ragi dari lingkungannya. Candida albicans mempunyai struktur dinding sel yang kompleks. Komposisi primer terdiri dari glukan, manan dan khitin. Manan dan protein berjumlah sekitar 15,2-30 % dari berat kering dinding sel, ß-1,3-D-glukan dan ß–1,6-D-glukan sekitar 47-60 %, khitin sekitar 0,6-9 %, protein 6-25 % dan lipid 1-7 %. Dalam bentuk ragi, kecambah dan miselium, komponen-komponen ini menunjukkan proporsi yang serupa tetapi bentuk miselium memiliki khitin tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan sel ragi. Dinding sel Candida albicans terdiri dari lima lapisan yang berbeda.

Membran sel Candida albicans seperti sel eukariotik lainnya terdiri dari lapisan fosfolipid ganda. Membran protein ini memiliki aktifitas enzim seperti manan sintase, khitin sintase, glukan sintase, ATPase dan protein yang mentransport fosfat. Terdapatnya membran sterol pada dinding sel memegang peranan penting sebagai target antimikotik dan kemungkinan merupakan tempat bekerjanya enzim-enzim yang berperan dalam sintesis dinding sel. Mitokondria pada Candida albicans merupakan pembangkit daya sel. Dengan menggunakan energi yang diperoleh dari penggabungan oksigen dengan molekul-molekul makanan, organel ini memproduksi ATP.
            Seperti halnya pada eukariot lain, nukleus Candida albicans merupakan organel paling menonjol dalam sel. Organ ini dipisahkan dari sitoplasma oleh membran yang terdiri dari 2 lapisan. Semua DNA kromosom disimpan dalam nukleus, terkemas dalam serat-serat kromatin. Isi nukleus berhubungan dengan sitosol melalui pori-pori nucleus. Vakuola berperan dalam sistem pencernaan sel, sebagai tempat penyimpanan lipid dan granula polifosfat. Mikrotubul dan mikrofilamen berada dalam sitoplasma. Pada Candida albicans mikrofilamen berperan penting dalam terbentuknya perpanjangan hifa.
Candida albicans mempunyai genom diploid. Kandungan DNA yang berasal dari sel ragi pada fase stasioner ditemukan mencapai 3,55 µg/108 sel. Ukuran kromosom Candida albicans diperkirakan berkisar antara 0,95-5,7 Mbp. Beberapa metode menggunakan Alternating Field Gel Electrophoresis telah digunakan untuk membedakan strain Candida albicans. Perbedaan strain ini dapat dilihat pada pola pita yang dihasilkan dan metode yang digunakan. Strain yang sama memiliki pola pita kromosom yang sama berdasarkan jumlah dan ukurannya.
Steven dkk (1990) mempelajari 17 strain isolat Candida albicans dari kasus kandidosis. Dengan metode elektroforesis, 17 isolat Candida albicans tersebut dikelompokkan menjadi 6 tipe. Adanya variasi dalam jumlah kromosom kemungkinan besar adalah hasil dari chromosome rearrangement yang dapat terjadi akibat delesi, adisi atau variasi dari pasangan yang homolog. Peristiwa ini merupakan hal yang sering terjadi dan merupakan bagian dari daur hidup normal berbagai macam organisme. Hal ini juga seringkali menjadi dasar perubahan sifat fisiologis, serologis maupun virulensi.
Pada Candida albicans, frekuensi terjadinya variasi morfologi koloni dilaporkan sekitar 10-2 sampai 10-4 dalam koloni abnormal. Frekuensi meningkat oleh mutagenesis akibat penyinaran UV dosis rendah yang dapat membunuh populasi kurang dari 10%. Terjadinya mutasi dapat dikaitkan dengan perubahan fenotip, berupa perubahan morfologi koloni menjadi putih smooth, gelap smooth, berbentuk bintang, lingkaran, berkerut tidak beraturan, berbentuk seperti topi, berbulu, berbentuk seperti roda, berkerut dan bertekstur lunak.
2.         Patogenesis
        Menempelnya mikroorganisme dalam jaringan sel pejamu menjadi syarat mutlak untuk berkembangnya infeksi. Secara umum diketahui bahwa interaksi antara mikroorganisme dan sel pejamu diperantarai oleh komponen spesifik dari dinding sel mikroorganisme, adhesin dan reseptor. Manan dan manoprotein merupakan molekul-molekul Candida albicans yang mempunyai aktifitas adhesif. Khitin, komponen kecil yang terdapat pada dinding sel Candida albicans juga berperan dalam aktifitas adhesive. Setelah terjadi proses penempelan.

        Candida albicans berpenetrasi ke dalam sel epitel mukosa. Dalam hal ini enzim yang berperan adalah aminopeptidase dan asam fosfatase. Apa yang terjadi setelah proses penetrasi tergantung dari keadaan imun dari pejamu.

        Pada umumnya Candida albicans berada dalam tubuh manusia sebagai saproba dan infeksi baru terjadi bila terdapat faktorpredisposisi pada tubuh pejamu. Faktor-faktor yang dihubungkan dengan meningkatnya kasus kandidosis antara lain disebabkan oleh :
·         Kondisi tubuh yang lemah atau keadaan umum yang buruk, misalnya: bayi baru lahir, orang tua renta, penderita penyakit menahun, orang-orang dengan gizi rendah.
·         Penyakit tertentu, misalnya: diabetes mellitus.
·         Kehamilan.
·         Rangsangan setempat pada kulit oleh cairan yang terjadi terus menerus, misalnya oleh air, keringat, urin atau air liur.
·         Penggunaan obat di antaranya: antibiotik, kortikosteroid dan sitostatik.

            Faktor predisposisi berperan dalam meningkatkan pertumbuhan Candida albicans serta memudahkan invasi jamur ke dalam jaringan tubuh manusia karena adanya perubahan dalam sistem pertahanan tubuh. Blastospora berkembang menjadi hifa semu dan tekanan dari hifa semu tersebut merusak jaringan, sehingga invasi ke dalam jaringan dapat terjadi. Virulensi ditentukan oleh kemampuan jamur tersebut merusak jaringan serta invasi ke dalam jaringan. Enzim-enzim yang berperan sebagai faktor virulensi adalah enzim-enzim hidrolitik seperti proteinase, lipase dan fosfolipase

3.             Epidemiologi
          Candida albicans dapat ditemukan di mana-mana sebagai mikroorganisme yang menetap di dalam saluran yang berhubungan dengan lingkungan luar manusia (rektum, rongga mulut dan vagina). Prevalensi infeksi Candida albicans pada manusia dihubungkan dengan kekebalan tubuh yang menurun, sehingga invasi dapat terjadi. Meningkatnya prevalensi infeksi Candida albicans dihubungkan dengan kelompok penderita dengan gangguan sistem imunitas seperti pada penderita AIDS, penderita yang menjalani transplantasi organ dan kemoterapi antimaligna.

Selain itu makin meningkatnya tindakan invasif, seperti penggunaan kateter dan jarum infus sering dihubungkan dengan terjadinya invasi Candida albicans ke dalam jaringan. Edward (1990) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa dari 344.610 kasus infeksi nosokomial yang ditemukan, 27.200 kasus (7,9 %) disebabkan oleh jamur dan 21.488 kasus (79%) disebabkan oleh spesies Candida. Peneliti lain (Odds dkk. 1990) mengemukakan bahwa dari 6.545 penderita AIDS, sekitar 44,8 % nya adalah penderita kandidosis.
Banyak studi epidemiologi melaporkan bahwa terjadinya kasus-kasus kandidosis tidak dipengaruhi oleh iklim dan geografis. Hal itu menunjukkan bahwa Candida albicans sebagai penyebab kandidosis dapat ditemukan di berbagai Negara.

4.        Patologi dan Manifestasi Klinik
Pada manusia, Candida albicans sering ditemukan di dalam mulut, feses, kulit dan di bawah kuku orang sehat. Candida albicans dapat membentuk blastospora dan hifa, baik dalam biakan maupun dalam tubuh. Bentuk jamur di dalam tubuh dianggap dapat dihubungkan dengan sifat jamur, yaitu sebagai saproba tanpa menyebabkan kelainan atau sebagai parasit patogen yang menyebabkan kelainan dalam jaringan. Penyelidikan lebih lanjut membuktikan bahwa sifat patogenitas tidak berhubungan dengan ditemukannya Candida albicans dalam bentuk blastospora atau hifa di dalam jaringan. Terjadinya kedua bentuk tersebut dipengaruhi oleh tersedianya nutrisi, yang dapat ditunjukkan pada suatu percobaan di luar tubuh. Pada keadaan yang menghambat pembentukan tunas dengan bebas, tetapi yang masih memungkinkan jamur tumbuh, maka dibentuk hifa.

Rippon (1974) mengemukakan bahwa bentuk blastospora diperlukan untuk memulai suatu lesi pada jaringan. Sesudah terjadi lesi, dibentuk hifa yang melakukan invasi. Dengan proses tersebut terjadilah reaksi radang. Pada kandidosis akut biasanya hanya terdapat blastospora, sedang pada yang menahun didapatkan miselium. Kandidosis di permukaan alat dalam biasanya hanya mengandung blastospora yang berjumlah besar, pada stadium lanjut tampakhifa.

Hal ini dapat dipergunakan untuk menilai hasil pemeriksaan bahan klinik, misalnya dahak, urin untuk menunjukkan stadium penyakit. Kelainan jaringan yang disebabkan oleh Candida albicans dapat berupa peradangan, abses kecil atau granuloma. Pada kandidosis sistemik, alat dalam yang terbanyak terkena adalah ginjal, yang dapat hanya mengenai korteks atau korteks dan medula dengan terbentuknya abses kecil-kecil berwarna keputihan.

Alat dalam lainnya yang juga dapat terkena adalah hati, paru-paru, limpa dan kelenjar gondok. Mata dan otak sangat jarang terinfeksi. Kandidosis jantung berupa proliferasi pada katup-katup atau granuloma pada dinding pembuluh darah koroner atau miokardium. Pada saluran pencernaan tampak nekrosis atau ulkus yang kadang-kadang sangat kecil sehingga sering tidak terlihat pada pemeriksaan. Manifestasi klinik infeksi Candida albicans bervariasi tergantung dari organ yang diinfeksinya.



















2.3 MIKROORGANISME PENYEBAB PENYAKIT CANDIDIDASI DAN CARA PENULARANNYA

1.      Kandidosis Selaput Lendir
a.       Candidiasis Vaginalis
Candidiasis Vaginalis adalah infeksi jamur candida albcans pada alat genetalia wanita (vagina). Candidiasis Vaginalis merupakan penyakit yang bersifat kompleks, artinya penyebab dan yang mendorong terjadinya penyakit ini tidak satu faktor tetapi lebih dari satu factor. Kandidiasis vagina merupakan infeksi pada vagina yang melibatkan pertumbuhan berlebih dari ragi, atau jamur, yang dikenal sebagai Candida. Ragi ini biasanya hadir dalam usus, mulut dan vagina, sebagai sejumlah organisme lain . Jika keseimbangan mikroorganisme terganggu, seperti yang dapat terjadi dengan mengambil spektrum luas antibiotik , fluktuasi hormon, dan kondisi lainnya, pertumbuhan berlebih dari ragi dapat terjadi. Vaginal candidiasis. Kandidiasis vagina, sering disebut sebagai "infeksi jamur," adalah masalah yang umum, mempengaruhi hampir 75% dari wanita dewasa dalam hidup mereka. Gatal dan keluarnya, tebal putih adalah gejala yang paling umum dari kandidiasis vagina.  Hal ini juga dapat membuat hubungan seksual dan nyeri buang air kecil.  Jaringan eksternal sekitar vagina, vulva, bisa menjadi merah dan bengkak.  Kandidiasis vagina dapat diobati dengan berbagai agen antijamur, beberapa di antaranya tersedia over-the-counter.  Meskipun satunya cara untuk tegas mendiagnosis kandidiasis vagina adalah untuk melihat ragi di bawah mikroskop, banyak wanita memperlakukan diri mereka sendiri berdasarkan gejala mereka. Studi menunjukkan bahwa, dari semua pembelian over-the-counter perawatan ragi, sebanyak dua pertiga digunakan oleh wanita yang tidak memiliki kandidiasis vagina . Perawatan yang tepat biasanya menghasilkan resolusi gejala.  Jika gejala tetap atau berulang, mungkin menandakan bahwa kondisi lain hadir atau bahwa ragi telah menjadi resisten terhadap pengobatan yang digunakan.


b.      Candidiasis oral/mulut
Candidiasis Oral adalah infeksi jamur ragi dari genus Candida pada membran berlendir mulut. Hal ini sering disebabkan oleh Candida albicans, atau kadang oleh Candida glabrata dan Candida tropicalis. sariwan pada mulut bayi disebut candidiasis, sementara jika terjadi di mulut atau tenggorokan orang dewasa diistilahkan candidosis atau moniliasis. Gejalan infeksi mulut ini  spesies Candida biasanya memunculkan kumpulan lapisan kental berwarna putih atau krem pada membran mucosal (dinding mulut dalam).  Pada mucosa mulut yang terinfeksi mungkin muncul radang (berwarna merah). Orang dewasa mungkin mengalami rasa tidak nyaman atau rasa terbakar.  Kelompok yang beresiko terkena penyakit ini, yaitu :
1.      Bayi yang baru lahir.
2.      Penderita Diabet, khususnya bagi yang tidak mengontrol diabetnya.
3.      Sebagai efek samping dari obat-obatan, yang paling sering obat antibiotik. Corticosteroids (sejenis hormon steroid) hisap/hirup untuk perawatan kondisi paru-paru (misalnya Asma) bisa juga berdampak pada candidiasis mulut.
4.      Orang-orang dengan immunodefisiensi (misalnya penderita HIV/AIDS atau pengobatan kemoterapi).
5.      Perempuan yang sedang mengalami perubahan hormonal, seperti kehamilan atau mereka yang menggunakan pil pengontrol kelahiran.
6.      Orang sehat yang dengan sadar/tidak sadar telah mendatangkan kontak secara rutin dengan ragi, misal pengguna gigi palsu dan perokok.
c.       Perleche : Lesi berupa fisur pada sudut mulut; lesi ini mengalami maserasi, erosi, basah, dan dasarnya eritematosa. Faktor predisposisinya ialah defisiensiriboflavin.
d.      Vulvovaginitis : Biasanya sering trdapat pada px DM karena kadar gula darah danurin yang tinggi dan pada wanita hamil karena penimbunan glikogen dalam epitelvagina. Keluhan utama ialah gatal di daerah vulva. Pada yang berat terdapat pularasa panas, nyeri sesudah miksi, dan dispareunia. Pada pemeriksaan yang ringantampak hiperemia di labia minora, introitus vagina, dan vagina terutama 1/3 bagian bawah. Sering pula terdapat kelainan yang khas ialah bercak-bercak putihkekuningan. Pada kelainan yang berat juga terdapat edema pada labia minora danulkus-ulkus yang dangkal pada labia minora dan sekitar introitus vaginal. Fluor albus berwarna kekuningan . Tanda yang khas ialah disertai gumpalan-gumpalansebagai kepala susu berwarna putih kekuningan. Gumpalan tersebut berasal darimassa yang terkelupas dari dinding vulva atau vagina terdiri atas bahan nekrotik,sel-sel epitel dan jamur.2.

2.      Kandidosis Kutisa
a.       Kandidiasis intertriginosa : Cutaneus kandidiasis adalah suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi jamur dari genus Candida. Kandidiasis terbagi menjadi 2 macam yakni kandidiasis profunda dan kandidiasis superfisial. Nama lain dari kutaneus kandidiasis adalah superficial kandidiasis atau infeksi kulit-jamur; infeksi kulit-ragi; intertriginous candidiasis. Berdasarkan letak gambaran klinisnya terbagi menjadi kandidiasis terlokalisasi dan generalisata. Gejalanya yaitu adanya lesi di daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha,intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glans penis, danumbilikus, berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosa.Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel dan pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah yang erosif, dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer.



b.      Kandidiasis perianal : Yaitu lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipe basah.Penyakit ini menimbulkan pruritus ani.
c.       Kandidiasis kutis generalisata : Lesi terdapat pada glabrous skin (kulit tidak  berambut), biasanya juga di lipat payudara, intergluteal dan umbilikus. Seringdisertai glositis, stomatitis dan paronikia.
d.      Balanitis adalah radang pada kepala penis (bentuk kerucut pada ujung penis). Posthitis adalah radang pada kulup. Secara umum, jamur atau infeksi bakteri di bawah kulup menyebabkan posthitis. Radang pada kepala penis dan kulup (balanoposthitis) bisa juga terjadi. Peradangan tersebut menyebabkan nyeri, rasa gatal, kemerahan, bengkak dan bisa akhirnya menyebabkan penyempitan (stricture) pada urethra. Pria yang mengalami balanoposthitis mengalami peningkatan resiko berkembangnya balanitis xerotica obliterans, phimosis, paraphimosis, dan kanker di kemudian hari. Gejalanya yaitu penderita merasa nyeri dan gatal, warna kepala penis kemerahan dan bengkak.
e.       Balanopostitis adalah peradangan menyeluruh pada kepala penis (glans penis) dan kulitnya. Penis menjadi nyeri, gatal-gatal, kemerahan dan membengkak, serta bisa menyebabkan terjadinya penyempitan uretra. Penderita balanopostitis di kemudian hari bisa menderita balanitis xerotika oblitterans, fimosis, parafimosis dan kanker. Lelaki yang berhubungan intim dengan perempuan yang mengidap jamur berpotensi terkena penyakit ini. Peradangan biasanya terjadi akibat infeksi jamur atau bakteri di bawah kulit pada penis yang tidak disunat.
f.     Kandidiasis Mukokutan Kronik : Penyakit ini timbul karena adanya kekurangan fungsi leukosit atau sistem hormonal, biasanya terdapat pada penderita dengan bermacam-macam defisiensi yang bersifat genetik, umumnya terlihat pada anak-anak. Gambaran klinisnya mirip penderita dengan defek poliendokrin
g.      Paronikia dan Onikomikosis : Diderita oleh orang-orang yang pekerjaanya berhubungan dengan air, bentuk ini tersering didapat. Lesi berupa kemerahan, pembengkakan yang tidak bernanah, kuku menjadi tebal, mengeras dan berlekuk lekuk,kadang berwarna kecoklatan, tidak rapuh tetap berkilat dan tidak terdapat sisa jaringandi bawah kuku seperti pada tinea unguium.
h.      Diaper rash : Sering terdapat pada bayi yang popoknya selalu basah dan jarang digantiyang dapat menimbulkan dermatitis iritan, juga sering diderita neonatus sebagai gejalasisa dermatitis oral dan perianal.
i.        Kandidiasis granulomatosa : Sering menyerang anak-anak, lesi berupa papulkemerahan tertutup krusta tebal berwarna kuning kecoklatan dan melekat erat padadasarnya. Krusta dapat menimbul seperti tanduk sepanjang 2 cm, lokalisasinya seringterdapat di muka, kepala, badan, tungkai, dan farings.









3.      Kandidosis Sistemik :
a.       Endokarditis : Sering pada px morfinis sebagai akibat komplikasi penyuntikanyang dilakukan sendiri, juga dapat diderita oleh px sesudah operasi jantung.
b.      Meningitis : Karena penyebaran hematogen jamur, gejalanya sama denganmeningitis TB, atau karena bakteri lain.
c.       Pielonefritisd : ielonefritis adalah sangat umum, dengan kasus 12-13 per tahun per 10.000 penduduk pada wanita dan kasus 3-4 per 10.000 pada pria. Wanita muda yang paling mungkin akan terpengaruh, secara tradisional mencerminkan aktivitas seksual dalam kelompok umur.  Bayi dan orang tua juga pada peningkatan risiko, yang mencerminkan kelainan anatomi dan status hormonal.
d.      Septikemi : adalah suatu keadaan dimana terdapatnya multiplikasi bakteri dalam darah (bakteremia). Istilah lain untuk septikemia adalah Blood poisoning atau Bakteremia dengan sepsis. Sepsis adalah istilah klinis yang dipakai untuk suatu bakterimia yang bergejala.  Septikemia merupakan suatu kondisi infeksi serius yang mengancam jiwa, dan cepat memburuk. Sumber infeksinya berasal dari paru-paru, saluran kencing, tulang radang otak dll. Gejalanya dimulai dengan demam tinggi, menggigil, nafas cepat dan denyut jantung cepat. Penderita kelihatan sangat sakit. Gejala berkembang menjadi syok, dengan penurunan suhu (hypothermia), penurunan tekanan darah, perubahan mental (bengong), dan gangguan bekuan darah sehingga timbul bercak perdarahan di kulit (petechiae dan ecchymosis). Bisa ditemukan penurunan jumlah urin.. Kematian biasanya disebabkan septik syok atau ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome)

4.      Reaksi id (kandidid) : Karena adanya metabolit kandida, klinisnya berupavesikel-vesikel yang bergerombol, terdapat pada sela jari tangan atau bagian badan yang lain mirip dermatofitid. Di tempat tersebut tidak ada elemen jamur.Bila lesi kandidiasis diobati, kandidid akan menyembuh. Jika dilakukan uji kulitdengan kandidin (Ag kandida) membei hasil positif.

2.4 CARA PENULARAN                                
1.      Penyebab penyakit Candida albicans, C. tropicalis, C. dubliniensis dan kadang-kadang spesies lain dari Candida. Candida (Torulopsis) glabrata dibedakan dari candida lain penyebab candidiasis, yaitu infeksi dengan C. Torulopsis kurang membentuk pseudohyphae pada jaringan
2.      Distribusi penyakit. Tersebar di seluruh dunia. Jamur C. albicans kadang-kadang merupakan flora normal pada tubuh manusia.
3.      Reservoir : Manusia.
4.      Cara Penularan yaitu karena kontak sekret atau ekskret dari mulut, kulit, vagina dan tinja, dari penderita ataupun “carrier”, atau tertulari melalui jalan lahir pada saat bayi dilahirkan; penularan endogen.
5.       Masa inkubasi: Bervariasi, 2 – 5 hari untuk lesi mulut pada anak.
6.      Masa penularan : Diasumsikan menular ketika ditemukan lesi.
7.      Kekebalan dan kerentanan, yaitu hampir selalu ditemukan spesies Candida didalam dahak, tenggorokan, tinja dan urin tanpa ada gejala klinis sebagai bukti rendahnya patogenisitas candida dan sebagai bukti adanya imunitas yang luas di kalangan masyarakat. Lesi mulut banyak ditemukan, biasanya ringan dan muncul pada minggu-minggu pertama sesudah kelahiran. Gejala klinis muncul pada saat daya tahan tubuh hospes rendah. Kondisi lokal tubuh bagian tertentu turut mempengaruhi munculnya candidiasis superfisialis seperti interdigital intertrigo dan paronikia pada tangan yang terkena banyak air (pekerja pengalengan makanan dan binatu) dan munculnya intertrigo pada kulit yang lembab dari orang-orang yang gemuk. Lesi berulang pada kulit dan erupsi mukosa sering terjadi. Diantara faktor sistemis mencolok yang menjadi dasar munculnya kandidiasis superfisialis adalah kencing manis, pengobatan dengan antibiotik berspektrum luas dalam jangka waktu panjang dan infeksi HIV. Wanita pada kehamilah trimester 3 lebih mudah terkena vulvoganinal candidiasis. Faktor yang mempengaruhi terjadinya candidiasis sistemik antara lain imunosupresi, pemasangan kateter intravena permanen, netropenia, kanker darah, dan bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Candidiasis pada saluran kencing biasanya timbul sebagai komplikasi dari penggunaan kateter jangka panjang pada kandung kencing dan pelvis renalis. Kebanyakan orang dewasa dan anak-anak usia lebih tua mengalami hipersensitivitas kulit yang tertunda terhadap jamur dan karena yang bersangkutan memiliki antibodi humoral.

2.4 CARA PENCEGAHAN
A.    Cara Pencegahan
Lakukan deteksi dini dan pengobatan dini terhadap infeksi lokal pada mulut, esofagus atau kandung kencing bagi mereka yang memiliki faktor predisposisi sistemik untuk mencegah terjadinya penyebaran sistemik. Kemoprofilaksis dengan fluconazole mengurangi kejadian candidiasis pada bagian dalam tubuh, 2 bulan pertama setelah transplantasi alogenik sum-sum tulang.

B.        Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar.
1.   Laporan kepada instansi kesehatan setempat.
2.   Isolasi tidak diperlukan
3.   Disinfeksi serentak : lakukan disinfeksi terhadap sekret dan benda-benda yang terkontaminasi.
4.   Karantina:Tidak diperlukan.
5.   Imunisasi kontak :Tidak diperlukan.
6.   Investigasi kontak dan sumber infeksi : Tidak bermanfaat pada kejadian kasus yang sporadis.
7.   Pengobatan spesifik : Memperbaiki faktor-faktor yang mendasari munculnya candidiasis sangat membantu pengobatan. Misalnya melepas kateter intravena. Pemberian nistatin topikal atau derivat azole (Miconazole, Clotrimazole, Ketoconazole, Fluconazole) sangat bermanfaat untuk berbagai bentuk candidiasis superfisialis. Clotimazole oral (Mycerex®) berupa tablet isap atau larutan Nystatin efektif untuk pengobatan lesi mulut. Suspensi Itraconazole (Sporanox®) atau Fluconazole (Diflucan®) – efektif untuk candidiasis oral dan esefagus. Infeksi vagina bisa diobati dengan Fluconazole oral atau Clotimazole topikal, Miconazole, Butoconazole, terconazole, tioconazole atau nystatin. Amphotericine
B (Fungizone®) IV, dengan atau tanpa 5-fluorocytosine, adalah obat pilihan untuk visceral candidiasis atau candidiasis invasive. Preparat lipid Amphotericin B mungkin juga efektif.
C.           Tindakan penanggulangan wabah: KLB sering terjadi karena cairan infus yang terkontaminasi dan adanya bayi yang menderita lesi mulut di ruang perawatan bayi baru lahir. Disinfeksi serentak dan pembersihan secara menyeluruh seharusnya diterapkan sama seperti yang dilakukan pada disinfeksi KLB diare di rumah sakit. (lihat diare, bagian IV, 9A).
D.          Implikasi bencana : Tidak ada
E.           Tindakan internasional : Tidak ada.

2.5  KOMPLIKASI PADA PENYAKIT KANDIDIASIS
Adapun komplikasi kandidiasis yang bisa terjadi, antara lain :
1.      Rekurens atau infeksi berulang kandida pada kulit
2.      Infeksi pada kuku yang mungkin berubah menjadi bentuk yang aneh dan mungkin menginfeksi daerah di sekitar kuku
3.      Candidiasis tersebar   pada tubuh yang kekebalan tubuhnya kurang
4.      Candida albicans yang bermetastase dapat menjalar ke esofagus, usus halus, usus besar dan anus. Infeksi sistemik lainnya berupa abses hati dan otak.






2.6  PERAN BIDAN

Dalam kasus ini bidan berperan sebagai :
1.      Sebagai pelaksana, yaitu memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit cadidiasis baik dari morfologinya, jenis-jenis penyakitnya, cara penularan, sampai pengobatannya
2.      Sebagai pendamping, yaitu seorang bidan harus mampu mendampingi pasien baik dengan memberikan pelayanan kesehatan maupun dukungan moral pada pasien
3.      Sebagai pendidik, yaitu seorang bidan memberikan penjelasan tentang bahaya penyakit Kandidiasis baik secara tertulis maupun lisan


















BAB III
PENUTUP

3.1  KESIMPULAN
Kandidiasis adalah infeksi atau penyakit akibat jamur Candida, khususnya C. albicans. Penyakit ini biasanya akibat debilitasi (seperti pada penekan imun dan khususnya AIDS), perubahan fisiologis, pemberian antibiotika berkepanjangan, dan hilangnya penghalang (Stedman, 2005).

Kandidiasis meliputi infeksi yang berkisar dari yang ringan seperti sariawan mulut dan vaginitis, sampai yang berpotensi mengancam kehidupan manusia. Infeksi Candida yang berat tersebut dikenal sebagai candidemia dan biasanya menyerang orang yang imunnya lemah, seperti penderita kanker, AIDS dan pasien transplantasi.

Moniliasis atau kandidiasis sering disebabkan oleh 3 hal yaitu: jamur candida albicans, keadaan hormonal (diabetes, kehamilan), dan faktor lokal (tidak adanya gigi, gigi palsu yang tidak pas).

Infeksi mulut oleh spesies candida biasanya memunculkan kumpulan lapisan kental berwarna putih atau krem pada membran mukosa (dinding mulut dalam). Pada mukosa mulut yang terinfeksi mungkin muncul radang berwarna merah). Candida albicans yang bermetastase dapat menjalar ke esofagus, usus halus, usus besar dan anus. Infeksi sistemik lainnya berupa abses hati dan otak.


DAFTAR PUSTAKA

Greenberg L. Michael. 2005. Teks- Atlas Kedokteran Kedaruratan Greenberg Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Louise B. Hauley. 2003. Mikroorganisme Penyakit Infeksi. Jakarta : Hipokrates
Siregar. 2004. Penyakit Jamur Kulit. Jakarta : EGC