Vrydag 10 Mei 2013

Tyfus pada ibu hamil


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Typus abdominalis dalam kehamilan, dan nifas menunjukan angka kematian yang lebih tinggi dari pada di luar kehamilan. Ibu hamil yang menderita tifus memiliki risiko kematian 15 persen atau lebih.  Penyakit ini mempunyai pengaruh buruk terhadap kehamilan. Janin yang dikandungnya berpeluang sekitar 60-80 persen gugur atau lahir prematur, lebih dini terjadinya infeksi dalam kehamilan, lebih besar kemungkinan berakhirnya kehamilan. Infeksi ini bisa dicegah dengan vaksinasi. Ibu yang mengalami infeksi setelah melahirkan disarankan untuk tidak menyusui bayinya karena dikhawatirkan bisa menular. Selain itu, ibu dianjurkan untuk banyak istirahat, menjalani pengobatan simptomatik dan minum obat antibakteri.Pengobatan dengan kloramfenikol atau tiamfenikol (Urfamycin) biasanya cukup manjur. Waktu ada wabah, semua wanita hamil perlu diberi vaksinasi. Walaupun kuman-kuman tIfus abdominalis tidak di keluarkan melalui air susu, namun sebaiknya penderita tidak menyusui bayinya karena keadaan umum ibu biasanya tidak mengizinkan, dan karena kemungkinan penuluaran oleh ibu melalui jalan lain tetap ada. Tifus abdominalis tidak merupakan indikasi bagi abortus buatan.
1.2 Tujuan
1.  Untuk  memahami dan memahami pengertian typus abdominalis
2.  Untuk mengerti dan memahami etiologi
3.  Untuk mengerti dan memahami patofisiologis
4.  Untuk  memahami dan mengetahui faktor resiko
5.  Untuk  memahami dan mengetahui tanda dan gejala
6.  Untuk memahami dan mengetahui upaya pencegahan
7.  Untuk  memahami dan mengetahui terapi
8. Untuk  memahami dan mengetahui penatalaksanaan
9. Untuk  memahami dan mengetahui  obat

1.3 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan typus abdominalis
2. Apa saja jenis dan etiologi typus abdominalis
3. Apa saja patofisiologi typus abdominalis
4. Apa saja factor resiko dari typus abdominalis
5. Apa saja tanda dan gejala dari typus abdominalis
6. Bagaimana cara pencegahan typus abdominalis
7.  Apa saja terapi dari typus abdominalis
8 .Bagaimana cara penatalaksanaaan typus abdominalis
9. Apa saja obat dari typus abdominalis












BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Thypus
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis.
2.2 Pengertian Thypus Abdominalis
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 – 13 tahun (70% – 80% ), pada usia 30 – 40 tahun (10%-20%) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10% ).
Pada paratipus  jenis tipus yang lebih ringan  mungkin sesekali mengalami buang-buang air. Jika diamati, lidah tampak berselaput putih susu, bagian tepinya merah terang. Bibir kering, dan kondisi fisik tampak lemah, serta nyata tampak sakit. Jika sudah lanjut, mungkin muncul gejala kuning, sebab pada tipus organ hati bisa membengkak seperti gejala hepatitis. Pada tipus limpa juga membengkak.
kuman tipus tertelan lewat makanan atau minuman tercemar. Bisa jadi sumbernya dari pembawa kuman tanpa ia sendiri sakit tipus.
Kuman bersarang di usus halus, lalu menggerogoti dinding usus. Usus luka, dan sewaktu-waktu tukak tipus bisa jebol,dan usus jadi bolong. Ini komplikasi tipus yang paling ditakuti. Komplikasi tipus umumnya muncul pada minggu kedua demam. Yaitu jika mendadak suhu turun dan disangka sakitnya sudah menyembuh, namun denyut nadi meninggi, perut mulas melilit, dan pasien tampak sakit berat. Kondisi begini membutuhkan pertolongan gawat darurat, sebab isi usus yang tumpah ke rongga perut harus secepatnya dibersihkan. Untuk tahu benar kena tipus harus periksa darah. Setelah minggu pertama demam tanda positif tipus baru muncul di darah ( uji widal).Pembawa kuman ini berbahaya jika profesinya pramusaji atau orang yang kerjanya menyiapkan makanan dan minuman jajanan (food handler). Sekarang tipus bisa dicegah dengan imunitas tipus.
2.3 Etiologi
Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora mempunyai sekurang kurangnya antigen yaitu :
1. Antigen O (somatic, terdiri dari zat kompleki polisakarida)
2. Antigen H (flagella)
3.   Antigen V1 dan protein membrane hialin salmonella parathypi A. Salmonella parathypi A, salmonella parathypi B, salmonella parathypi C feces dan urine dari pnderita thypus.
2.4 Patofisologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat),dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dan menularkan kuman salmonella thypoid kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat dapat hinggap dimakanan yang dikonsumsi oleh orang yang sehat.Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial
Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu. Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.

2.5 Faktor Resiko
Penyakit typus dapat ditularkan melalui makanan yang tercemar dengan kuman typus.Bila sering menderita penyakit ini kemungkinan besar makanan atau minuman yang dikonsumsi tercemar bakterinya. Hindari jajanan di pinggir jalan terlebih dahulu. Atau telur ayam yang dimasak setengah matang pada kulitnya tercemar tinja ayam yang mengandung bakteri typus, salmonella thyposa, kotoran, atau air kencing
2.6 Gejala – gejala
Panas badan yang semakin hari bertambah tinggi terutama pada sore dan malam hari. Terjadi selama 7 – 10 hari, kemudian panasnya menjadikonstan dan kontinyu, umumnya paginya sudah baikkan, namun ketika menjelang malam kondisi mulai menurun lagi.
Fase awal timbulnya gejala lemah, sakit kepala, infeksi tenggorokan, rasa tidak enak di perut, sembelit atau terkadang sulit buang air besar, dan diare. Pada keadaan yang berat penderita bertambah sakit dan kesadaran mulai menurun.
2.7 Upaya Pencegahan
Untuk mencegah agar terhindar dari penyakit ini, kini sudah ada Vaksin Tipes atau Tifoid yang disuntikkan atau secara minum obat dan dapat melindungi dalam waktu
 3 tahun. Atau dapat dengan cara :
1.Usaha terhadap lingkunagan hidup :
a. Penyadiaan air minum yang memenuhi
b.Pembuangan BAB dan BAK yang memenuhi
c.  Pemberantasan lalat
d.          Pengawasan terhadap rumah rumah dan penjualan makanan
2. Usaha terhadap manusia:
a.  Imunisasi
b. Pendidikan kesehatan pada masyarakat seperti hygiene sanitasi, personal hygiene.
2.8 Teraphy / Pengobatan
Penyakit ini tidak terlalu parah, namun sangat mengganggu aktifitas. Yang sangat dibutuhkan adalah istirahat total selama beberapa minggu bahkan bulan.Bagi orang yang sangat aktif, hal ini sangat menderita.Yang perlu diperhatikan pasca terkena tipes adalah pola makan yang benar. Misalnya harus lunak, terapkan makan lunak sampai batas yang telah ditentukan dokter, kemudian makanan yang berminyak, pedas, asam, spicy hindari. Kurangi kegiatan yang terlalu menguras tenaga. Kemudian untuk menjaga stamina bisa diberikan Kapsul Tapak (sesuai ketentuan dokter) Liman 3 x 2 Kaps/hr, Kaps Daun sendok 3 x 2 Kaps.hr, dan Patikan Kebo 3 x 1 Kaps/hr,(untuk membantu mempercepat penyembuhan luka diusus akibat Typus).
Pengobatan pada penderita ini meliputi tirah baring, diet rendah serat – tinggi kalori dan protein, obat-obatan berupa antibiotika, serta pengobatan terhadap komplikasi yang mungkin timbul. Obat untuk penyakit Types adalah antibiotika golongan Chloramphenikol, Thiamphenikol, Ciprofloxacin dll,yang diberikan selama 7 – 10 hari. Lamanya pemberian antibiotika ini harus cukup sesuai resep yg dokter berikan. Jangan dihentikan bila gejala demam atau lainnya sudah reda selama 3-4 hari minum obat. Obat harus diminum sampai habis ( 7 – 10 hari ). Bila tidak, maka bakteri Tipes yg ada di dalam tubuh pasien belum mati semua dan kelak akan kambuh kembali

2.9 Penatalaksanaan
1.   Bed rest total (tirah baring absolut) sampai minimal 7 hari bebas panas atau selama 14 hari, lalu mobilisasi secara bertahap, mulai dari duduk, berdiri, sampai
Jalan pada 7 hari bebas panas
2.   Diet tetap makan nasi, tinggi kalori dan protein (rendah serat medikamentosa)
3.   Anti piretik(parasetamol setiap 4-6 jam)
4.   Roborantia (Becom-C, dll)
5.   Antibiotika
6.   Kloramfenikol, Thiamfenikol : 4 x 500 mg, jika sampai 7 hari panas tidak turun (obat diganti)
7.   Amoksilin/ ampisilin : 1 gr/6 jam selama gase demam. Bila demam turun >750 mg 6 jam sampai 7 hari bebas panas
8.   Kotrimoksasol : 2 x 960  mg selama 14 hari atau 7 hari bebas panas. Jika terjadi leukopeni (obat diganti)
9.   Golongan sefalospurin generasi III (mahal)
Catatan :
Kortikosterroid : khusus untuk penderita yang sangat toksik (panas tinggi tidak turun – turun kesadaran menurun dan gelisah / sepsis) :
Hari ke 1 : Kortison 3 x 100 mg im atau prednisone 3 x 10 mg oral
Hari ke 2 : kortison 2 x 100 mg im atau prednisone 2 x 10 mg oral
Hari ke 3 : Kortison 3 x 50 mg im atau prednisone 3 x 5 mg oral
Hari ke 4 : Kortison 2 x 50 mg im atau prednisone 2 x5 mg oral
Hari ke 5 : Kortison 1 x 50 mg im atau prednisone 1 x 5 mg oral
Pada Anak :
a.       Klorampenikol : 50 – 100 mg/Kg BB/ dibagidalam 4 dosis sampai 3 hari bebas/minimal 14 hari pada bayi.
b.      Kontrimoksasol : 8 – 20 mg/kg BB/hari dalam 2 dosis sampai 5 panas/minimal 10 hari.
c.       Bila terjadi ikterus dan hepatomeli : salain kloramfenikol diterapi dengan ampisilin 100 mg/kg BB/hari selama 14 hari dibagi dalam 4 dosis
d.      Bila dengan upaya – upaya tesebut  pasa tidak turun juga, rujuk ke RSUD
e.        
Perhatian :
Jangan mudah memberi golongan quinolon, bila dengan obat lain masi biasa diatasi
Jangan mudah memberi Kloramfenikol bagi kasus demam yang belum pasti. Demam Tifoid, mengingat komplikasi Agranulositotis tidak semua demam dengan leukopeni adalah  demam tifoid

Penatalaksanaan Kedua
Terdiri dari 3 bagian yaitu :
a.       Perawatan
b.      Tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari
c.       Posisi tubuh harus diubah setiap dua jam untuk mencegah dekubitus
d.      Mobilisasi sesua dengan kondisi
e.       diet
f.       Makanan diberi secara bertahap sesuai dengan keadaan penyakitnya
g.      Makanan mengandung cukup cairan,,kalori, dan tinggi protein, tidak boleh menandung banyak serat, tidak merangsang mauppun menimbulkan banyak gas.
2.10 Obat
1.      Antimikroba :
a.       Kloramfenikol
b.      Tiamfenikol
c.       Co-trimoksazol (kombinasi trimetropim dan sulkametoksazol)
2.      Obat symtomatik
a.       Antipiretik
b.      Kartikosteroid, diberikan pada pasien yang toksis
c.       Supportif : vitamin – vitamin





BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 – 13 tahun.
Pada paratipus  jenis tipus yang lebih ringan  mungkin sesekali mengalami buang-buang air . Jika diamati, lidah tampak berselaput putih susu, bagian tepinya merah terang. Bibir kering, dan kondisi fisik tampak lemah, serta nyata tampak sakit.
Penyakit typus ini bisa di tularkan dengan cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat),dan melalui Feses.
Penyakit inu mempunyai tanda gejla seperti panas badan yang semakin hari bertambah tinggi terutama pada sore dan malam hari. Terjadi selama 7 – 10 hari, kemudian panasnya menjadikonstan dan kontinyu, umumnya paginya sudah baikkan, namun ketika menjelang malam kondisi mulai menurun lagi.
Untuk mencegah agar terhindar dari penyakit ini, kini sudah ada Vaksin Tipes atau Tifoid yang disuntikkan atau secara minum obat dan dapat melindungi dalam waktu
3.2 Saran
Sebagai seorang tenaga kesehatan kita hendaknya mengetahui bagaimana cara pencegahan dari penyakit typus ini, dan apa saja tanda dan gejalanya. Terutama apabila penyakit ini di derita leh ibu hamil, karena bias mengganggu kesehatan janin yang di kandungnya.
DAFTAR PUSTAKA
Prawiroharjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Nugraheni, Esti. 2010. Asuhan Kebidanan Pathologi. Yogyakarta : Pustaka Rihana
Rukiyah Ai Yeyeh, Lia Yulianti. 2011. Asuhan Kebidanan Pathologis. Jakarta : Trans Info Media













Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking